Kamis, 17 Oktober 2013

Cahayaku Cahayamu



Dibuat oleh  :  Ana Firdaus ^_^

Kusandarkan punggung ini di bawah cahaya lampu kota bersama teman teman, menikmati hidangan makanan khas kota ini. Sebuah warung makanan sederhana yang menjajakan berbagai makanan khas Yogyakarta yang bernama ‘Sego Kucing’. Disinilah ku nikmati waktu senggang bersama mereka. Ditemani alunan musik seniman jalanan dan suara deru kendaraan lalu lalang. Berbagai canda, tawa, keluh, kesah kami curahkan di tempat ini. Aku, Susi, Dani, Aldo dan Rina berteman sudah hampir 2 tahun. Kami di pertemukan di sebuah kelas bangku kuliah sebuah Universitas Swasta di Yogyakarta. Aku, Rina dan Aldo berasal dari kota berbeda. Yah.... bisa di bilang anak perantauan juga sih. Rina berasal dari Garut, Aldo Sukabumi, dan aku sendiri dari Bandung. Jarak kami tinggal tidak terlalu jauh dari kampus, sekitar 50 meter. Sedangkan Susi dan Dani warga asli kota ini. Persahabatan ini terbentuk dengan sendirinya seiring waktu berjalan dan rasa nyaman akan perbedaan sifat masing masing.
Suatu malam ketika kami sedang berkumpul disini, tawa canda kami tiba tiba terhenti. Ketika kami mendengar suara alunan lagu anak usia dini. Dia memainkan gitarnya dengan lincah akan lagu cerianya. Ketika ia selesai bernyanyi, seorang bapak mengusap rambut anak itu dan berkata “Berapa usiamu nak ?” Ia pun menjawab, “9 tahun Pak”. “Kok malam malam masih ngamen sih? Engga belajar dirumah ?” kata bapak tersebut. “Aku engga sekolah pak, ibu engga punya biaya” wajah murungpun tampak dari anak tersebut. “Emang ayah kamu kerja apa nak?” tanya bapak itu. “Ayah udah meninggal, aku yang bantu ibu cari duit ” dan anak itu pun pergi meninggalkan angkringan ini.
Suasana ramai candaan kami berubah menjadi sunyi seketika. Entah kami tersentuh akan nasib anak itu ataukah suara merdunya yang membuat kami kagum.
“Woy.................... Penonto.... kok sepii sihh ?” teriak Aldo memecahkan suasana.
“Hmm... Kalian dengar gak sih tadi obrolan pengamen tadi sama bapak itu?” tanyaku.
“Iya denger kok” serentak anak anak menjawab.
“Kasian juga yahh 9 tahun udah harus berjuang cari nafkah. Sedangkan kita disini masih bisa                  santai” saut Rina.
“Aku punya usul nih” tambahku. “Apa ? Apa ?” tanya Aldo
“Gimana kalau kita bikin komunitas pengajar anak jalanan ?” kataku.
“Wahhh..... Bagus juga tuh. Ayolah kapan kita bisa mulai ? Jangan kebanyakan mikir”, kata Susi. Canda tawa kamipun berubah menjadi obrolan yang bisa dibilang sedikit serius sihh, walau masih ada terselip candaan.
Kami berlima mulai tergerak untuk memulai kegiatan belajar mengajar anak jalanan. Walau sedikit sulit, tapi kami berusaha sekuat tenaga. Lapangan alun alun dekat kota kami jadikan tempat belajar, perlengkapan yang di butuhkan kami beli dengan mengumpulkan uang jajan yang kami sisihkan. Tugas terberat yaitu pendekatan pada anak jalanan ini untuk mengajak mulai belajar. Sedikit demi sedikit pun kami mulai bisa mengajak mereka. Walau hari pertama dimulai hanya ada 5 anak, tapi kami tetap semangat dan optimis.  Sore hari di bawah rimbunan pohon yang rindang kami berkumpul. Memberi sedikit ilmu kepada mereka yang membutuhkan. Mulai dari pengajaran akhlak, membaca, menulis, berhitung, dan berkreatifitas. Hari demi haripun kita lalui di tempat ini dan lambat laun jumlah anak bertambah  banyak. Senang rasanya bisa berbagi ilmu dengan mereka.
Setelah 5 bulan berjalan, kami membuat proposal pembentukkan Dompet Sosial yang akan digunakan untuk mendirikan sebuah Rumah Belajar yang di dalamnya pun kami lampirkan kegiatan yang sudah dilaksanakan selama ini. Proposal ini awalnya kami bagikan di setiap kelas dan yang pada akhirnya tersebar sampai ke ruang Sekretariat Dosen. Tak di sangka, respon mereka pun positif untuk hal ini. Dana sedikit demi sedikit mulai terkumpul dan cukup untuk memenuhi kebutuhan anak anak. Dan yang lebih membuat senang lagi yaitu mereka yang mau bergabung untuk menjadi sukarelawan tenaga pengajar. Kami pun akhirnya memutuskan untuk menyewa sebuah kios  yang letaknya bersampingan dengan alun-alun kota. Setelah kios itu berhasil kita sewa, kita pun mulai merapihkannya.
“Huft........ akhirnya selesai juga” ,kata Dani sambil mengelap kerikat di wajahnya.
“Yehhh........... Rumah baru kita, markas kita bersama” , teriak Susi.
“Tinggal kasih nama ajja nih. Apa ya kira-kira?” tanya Rina
“Cahayaku Cahayamu” , sahut ku. “Apa tuh maknanya?” tanya Aldo.
“Jadi ..... Kita kan disini berbagi ilmu untuk anak jalanan. Ilmu kita itu kan cahaya, dan kita  bagikan cahaya ini ke mereka. Gimana ?? Ada yang lain? ” jawab ku.
“Hmmmmmmm...... Bagus juga sih menurutku,, namanya juga gampang di hafal” sambung Susi. Dan akhirnya semua pun setuju dengan nama rumah belajar “Cahayaku Cahayamu”.
Satu tahun rumah belajar ini pun berdiri. Semakin banyak anak jalanan yang mulai tersentuh  hatinya bergabung disini. Begitupun tanggapan masyarakat sekitar yang baik. Banyak sumbangan yang kami terima dari masyarakat untuk kelangsungan kegiatan belajar mengajar disini. Kami pun sangat senang dengan semua ini. Perjuangan selama ini untuk membagikan ilmu ke mereka kini terjawab sudah. Dan kami terus melakukan pengabdian dan perbaikan untuk rumah belajar ini. Sampai waktu mereka tumbuh dewasa kelak yang mungkin akan menjadi tenaga pengajar. Rumah belajar “Cahayu Cahayamu” ini yang akan selalu menjadi kenangan kita dan keutuhan persahabatan yang tidak akan pupus oleh waktu.



                                                                                                                               


Jumat, 04 Oktober 2013

Anugerah Alam-Mu


Tatkala sang matahari melintas di atas bumi
Terasa indah saat cerah menyelimuti
Begitu indah terangkum dalam emosi
Yang seakan rasa kagum menghampiri
Ku terpana, ku terdiam saat ku melihat
Alam tergabung dalam satu pemandangan
Yang bisa menyejukkan hati
Dan bibir ini pun tergetar
Seraya  berucap
Syukur ata karunia Sang Pencipta
Pagi haripun telah menampakkan cerahnya
Seakan semangat terpanggil oleh alam
Surya telah mengintip dari ufuk timur
Menandakan aktifitas dunia
Mulai beranjak menitik hari
Ku ingin bergerak, ku ingin berlari
Ku ingin menapak hari ini
Bersama alam yang setia menemani tiap langkahku
Menemani gerak tubuhku
Dan mengiringi hingga ku terlelah

Matahariku


Kehadiranmu merupakan pertanda awal hari yang baru
Kau sambut semua dengan kehangatan senyumanmu
Dan kau sapa kami dengan ceria sinarmu
Membuat setiap jiwa kerkobar akan semangatnya

                                                Tak lelah kau menemani di setiap hari-hari ini
                                                Memberikan sinar di setiap cerita
                                                Dan memberikan sejuta arti
                                                Bagi setiap kehidupan

Bila kau tiada ...............
Duniapun akan gelap tanpa tawamu
Seakan bersedih dan menangis tanpa kehadiranmu
Dan bila senja tiba
Kau hadirkan cahaya penutup
Yang teramat indah
Membuat jiwa yang lelah
Merasakan sejuk dan damainya indahmu

                                                Matahariku ..................
                                                Tetaplah setia bersinar untuk kami semua  ^_^